May 15, 2025
1. Deteksi perubahan postur tubuh
Fenomena: Kendaraan tenggelam pada satu sisi saat diparkir (seperti perbedaan ketinggian antara lengkungan roda kiri dan kanan lebih dari 15 mm) atau roboh secara keseluruhan, dan tinggi badan kendaraan lebih rendah dari nilai kalibrasi pabrik asli saat dibongkar.
Metode deteksi: Gunakan pita pengukur untuk mengukur jarak vertikal dari lengkungan roda ke bagian tengah ban, dan bandingkan kedua sisi koaksial dan data asli pabrik. Tekan keempat sudut bodi kendaraan dan segera lepaskan. Jika jumlah pantulan lebih dari 2 kali atau badan bergetar lebih dari 3 detik, hal ini menandakan bahwa redaman pegas suspensi mobil sedang menurun.
Performa: Saat muatan penuh atau melewati gundukan kecepatan, bodi menyentuh bagian bawah, celah antara ban dan lengkungan roda menghilang, dan terdengar bunyi "dentang" yang tidak normal.
2. Penurunan performa handling dan berkendara
Performa: Amplitudo putaran belokan meningkat (seperti sudut kemiringan saat berbelok dengan kecepatan 40km/jam>12°), dan pergantian jalur darurat terasa "mengambang".
Deteksi kuantitatif: Data sensor akselerasi lateral sistem ESP dapat dibaca melalui OBD, dan tingkat redaman gaya pendukung pegas suspensi mobil dapat dinilai dengan membandingkan parameter mobil baru.
Kegagalan reaksi berantai pada sistem peredam kejut: Kegagalan pegas akan menyebabkan kebocoran oli peredam kejut (laju kebocoran oli satu sisi>30ml/bulan) atau karet bagian atas terlepas, menyebabkan kebisingan benturan logam.
Titik pemeriksaan: Amati jangkauan penetrasi noda oli shock absorber dan uji apakah ada suara "dentuman" di jalan bergelombang.
3. Keausan ban tidak normal
Karakteristik keausan tidak merata: keausan blok atau bergerigi pada bagian dalam/luar ban (perbedaan kedalaman>1,5 mm), dan tapak bergelombang dan tidak rata.
Analisis penyebab: Runtuhnya pegas suspensi mobil menyebabkan parameter penyelarasan roda menjadi tidak akurat (seperti deviasi sudut kaki>0,5°, deviasi sudut camber>1°).